Jakarta – Dewan Hisan dan Rukyat (DHR) Jama’ah Muslimin (Hizbullah) akan melakukan rukyatul hilal (melihat bulan) Senin sore 29 Sya’ban 1434 bertepatan 8 Juli 2013, untuk menetapkan awal Ramadhan 1434 Hiriyah.
Sekretaris DHR Wahyu Iwa Sumantri mengatakan, rukyatul hilal dilaksanakan berlandaskan pada tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
“Berpuasalah dengan melihat bulan, dan berbukalah atau id dengan melihat bulan,” kata Wahyu, mengutip hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang perintah mengadakan rukyatul hilal.
DHR menyelenggarakan rukyatul hilal di beberapa tempat di Indonesia, Malaysia, Yaman, Sudan, Palestina dan Arab Saudi. Di samping itu juga memantau berita terlihatnya hilal di negeri-negeri lainnya.
Pada hari yang sama, Senin (8/7), Kementerian Agama RI juga menggelar sidang itsbat (penetapan) awal bulan Ramadhan 1434H.
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (Pinmas), Zubaidi, menjelaskan bahwa melalui Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kementerian Agama telah mempersiapkan tim hisab dan rukyat di seluruh daerah se-Indonesia.
Zubaidi memastikan bahwa hasil sidang isbat akan langsung disosialisasikan kepada masyarakat pada senin malam.
“Diharapkan pada jam 19.45 WIB, sidang itsbat sudah selesai sehingga awal Ramadlan 1434 sudah bisa ditetapkan dan diinformasikan kepada masyarakat,” terang Zubaidi.
Sementara itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1434 akan jatuh pada Selasa (9/7).
Muhammadiyah melandaskan pada perhitungan (Hisab) bahwa pada Senin (8/7) hilal akan wujud (Wujudul Hilal) dari kawasan Indonesia, karena ijtima jelang Ramadhan 1434, akan terjadi pada Senin (8/7) mulai pukul 14:15:55 WIB.
Ormas lainnya, Nahdhatul Ulama (NU), seperti dilansir media onlinenya memprediksi, berdasarkan hasil penyerasian berbagai metode hisab, awal Ramadhan 1434 akan jatuh pada hari Rabu 10 Juli 2013. Namun kepastian awal bulan Ramadhan baru akan ditetapkan setelah melakukan rukyat pada Senin, (8/7).
“Meski menurut prediksi hisab Lajnah Falakiyah PBNU menyatakan bahwa awal Ramadhan 1434 H jatuh pada tanggal 10 Juli 2013, tetapi itu sebatas prediksi. NU tetap menggunakan metode rukyatul hilal sebagai dasar penentu awal Ramadhan,” kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KHA Ghazali Masroeri di Jakarta, Sabtu (6/7).
Dalam almanak PBNU tahun 2013 menyebutkan, ijtima’ atau konjungsi akan terjadi pada Senin (8/7/2013) pukul 14:15:13 WIB, tinggi hilal saat dilakukan pengamatan 0o21’45” dengan posisi miring ke selatan, dan hilal akan berada di ufuk selama 3 menit 16 detik.
Perbedaan mungkin terjadi manakala dari seluruh kawasan di Indonesia dilaporkan bahwa pada Senin (8/7) tidak terlihat hilal. Maka, Sya’ban digenapkan 30 hari, sehingga awal Ramadhan jatuh Rabu (10/7). Namun, ternyata Senin itu terlihat hilal di kawasan Timur Tengah atau di jazirah Mekkah misalnya. Sehingga Timur Tengah, Arab dan dunia Islam menetapkan awal Ramadhan Selasa (9/7).
Menurut sekretaris DHR Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Wahyu Iwa, berdasarkan sifat Islam yang rahmatan lil alamin, seyogyanya laporan rukyatul hilal tidak sebatas lokal Indonesia. Tetapi juga menunggu hasil hilal dari negeri-negeri Islam lainnya, seperti juga diputuskan OKI.
Menurut catatan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dalam rangka penyatuan penanggalan Kalender Dunia Islam, OKI sebenarnya pernah membuat kesepakatan yang dikenal dengan Konvensi Istambul 1978.
Konvensi Istambul adalah pertemuan Musyawarah Ahli Hisab dan Ru'yat di Istanbul, Turki tahun 1978 yang dihadiri oleh wakil-wakil dari 19 Negara Islam, termasuk Indonesia. Ditambah dengan tiga Lembaga Kegiatan Masyarakat Islam di Timur Tengah dan Eropa.
Ada tiga kesepakatan terpenting Konvensi Istambul, yaitu pertama, sepakat satunya penanggalan bagi dunia Islam. Kedua, ru’yatul hilal (penglihatan bulan) suatu negara berlaku untuk semua negara. Ketiga, Mekkah Al-Mukarramah dijadikan sentral ru’yatul hilal dan pusat informasi ke seluruh negeri-negeri Islam.
Nasihat Jelang Ramadhan
Imaamul Muslimin Muhyiddin Hamidy dalam tausiyah akhir Sya’ban menjelang bulan Ramadhan di Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Ahad lalu (30/6) memberikan nasihatnya kepada kaum muslimin agar mempersiapkan diri menghadapi amaliyah Ramadhan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas karena Allah semata.
“Jadikan bulan Ramadhan sebagai bulan Al-Quran sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan,” ujarnya.
Ia juga menghimbau agar selama Ramadhan umat Islam dapat menjaga diri terutama menjaga lisan dari perbuatan dan perkataan yang dapat merusak ukhuwah islamiyah.
“Rasulullah memberikan nasihat untuk kita pada akhir Sya’ban, agar kita bersiap-siap menyambut bulan penuh barokah ini dengan sebaik-baiknya,” tambahnya.
Sekretaris DHR Wahyu Iwa Sumantri mengatakan, rukyatul hilal dilaksanakan berlandaskan pada tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
“Berpuasalah dengan melihat bulan, dan berbukalah atau id dengan melihat bulan,” kata Wahyu, mengutip hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang perintah mengadakan rukyatul hilal.
DHR menyelenggarakan rukyatul hilal di beberapa tempat di Indonesia, Malaysia, Yaman, Sudan, Palestina dan Arab Saudi. Di samping itu juga memantau berita terlihatnya hilal di negeri-negeri lainnya.
Pada hari yang sama, Senin (8/7), Kementerian Agama RI juga menggelar sidang itsbat (penetapan) awal bulan Ramadhan 1434H.
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (Pinmas), Zubaidi, menjelaskan bahwa melalui Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kementerian Agama telah mempersiapkan tim hisab dan rukyat di seluruh daerah se-Indonesia.
Zubaidi memastikan bahwa hasil sidang isbat akan langsung disosialisasikan kepada masyarakat pada senin malam.
“Diharapkan pada jam 19.45 WIB, sidang itsbat sudah selesai sehingga awal Ramadlan 1434 sudah bisa ditetapkan dan diinformasikan kepada masyarakat,” terang Zubaidi.
Sementara itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1434 akan jatuh pada Selasa (9/7).
Muhammadiyah melandaskan pada perhitungan (Hisab) bahwa pada Senin (8/7) hilal akan wujud (Wujudul Hilal) dari kawasan Indonesia, karena ijtima jelang Ramadhan 1434, akan terjadi pada Senin (8/7) mulai pukul 14:15:55 WIB.
Ormas lainnya, Nahdhatul Ulama (NU), seperti dilansir media onlinenya memprediksi, berdasarkan hasil penyerasian berbagai metode hisab, awal Ramadhan 1434 akan jatuh pada hari Rabu 10 Juli 2013. Namun kepastian awal bulan Ramadhan baru akan ditetapkan setelah melakukan rukyat pada Senin, (8/7).
“Meski menurut prediksi hisab Lajnah Falakiyah PBNU menyatakan bahwa awal Ramadhan 1434 H jatuh pada tanggal 10 Juli 2013, tetapi itu sebatas prediksi. NU tetap menggunakan metode rukyatul hilal sebagai dasar penentu awal Ramadhan,” kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KHA Ghazali Masroeri di Jakarta, Sabtu (6/7).
Dalam almanak PBNU tahun 2013 menyebutkan, ijtima’ atau konjungsi akan terjadi pada Senin (8/7/2013) pukul 14:15:13 WIB, tinggi hilal saat dilakukan pengamatan 0o21’45” dengan posisi miring ke selatan, dan hilal akan berada di ufuk selama 3 menit 16 detik.
Perbedaan mungkin terjadi manakala dari seluruh kawasan di Indonesia dilaporkan bahwa pada Senin (8/7) tidak terlihat hilal. Maka, Sya’ban digenapkan 30 hari, sehingga awal Ramadhan jatuh Rabu (10/7). Namun, ternyata Senin itu terlihat hilal di kawasan Timur Tengah atau di jazirah Mekkah misalnya. Sehingga Timur Tengah, Arab dan dunia Islam menetapkan awal Ramadhan Selasa (9/7).
Menurut sekretaris DHR Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Wahyu Iwa, berdasarkan sifat Islam yang rahmatan lil alamin, seyogyanya laporan rukyatul hilal tidak sebatas lokal Indonesia. Tetapi juga menunggu hasil hilal dari negeri-negeri Islam lainnya, seperti juga diputuskan OKI.
Menurut catatan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dalam rangka penyatuan penanggalan Kalender Dunia Islam, OKI sebenarnya pernah membuat kesepakatan yang dikenal dengan Konvensi Istambul 1978.
Konvensi Istambul adalah pertemuan Musyawarah Ahli Hisab dan Ru'yat di Istanbul, Turki tahun 1978 yang dihadiri oleh wakil-wakil dari 19 Negara Islam, termasuk Indonesia. Ditambah dengan tiga Lembaga Kegiatan Masyarakat Islam di Timur Tengah dan Eropa.
Ada tiga kesepakatan terpenting Konvensi Istambul, yaitu pertama, sepakat satunya penanggalan bagi dunia Islam. Kedua, ru’yatul hilal (penglihatan bulan) suatu negara berlaku untuk semua negara. Ketiga, Mekkah Al-Mukarramah dijadikan sentral ru’yatul hilal dan pusat informasi ke seluruh negeri-negeri Islam.
Nasihat Jelang Ramadhan
Imaamul Muslimin Muhyiddin Hamidy dalam tausiyah akhir Sya’ban menjelang bulan Ramadhan di Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Ahad lalu (30/6) memberikan nasihatnya kepada kaum muslimin agar mempersiapkan diri menghadapi amaliyah Ramadhan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas karena Allah semata.
“Jadikan bulan Ramadhan sebagai bulan Al-Quran sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan,” ujarnya.
Ia juga menghimbau agar selama Ramadhan umat Islam dapat menjaga diri terutama menjaga lisan dari perbuatan dan perkataan yang dapat merusak ukhuwah islamiyah.
“Rasulullah memberikan nasihat untuk kita pada akhir Sya’ban, agar kita bersiap-siap menyambut bulan penuh barokah ini dengan sebaik-baiknya,” tambahnya.
0 komentar:
Post a Comment