Kaum
Muslimin saat ini di seluruh dunia, mulai dari negara-negara muslim dan yang
tinggal di negara-negara non-muslim diperkirakan ada sekitar 1,7 milyar atau
sekitar hampir seperempat penduduk dunia.
Namun, sangat disayangkan sekali saat ini umat Islam belum menampilkan
kualitas yang tangguh dan kokoh, padahal aspek SDA-nya sudah cukup kuat.
Umat Islam yang mestinya di depan karena ada kaitan dengan lafal
umat, amam, imam, bahkan umm yang bermakna ibu yang seharusya
dihormati, ternyata malah mengekor pada orang orang lain, baik aqidah dan
ibadah yang sekarang sedang hancur oleh orang yang menamakan dirinya
liberalisme dan pluralisme, serta adanya aliran sesat.
“Kata umat dalam Al Quran disebutkan sebanyak 49 kali, terutama
salah satunya dalam surat Al-Imran,” kata Maman Abdurrahman, Ketua Umum PERSIS
dalam Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Fatah pada
29-30 Juni 2013 di Masjid At-Taqwa, Pasirangin, Cileungsi-Bogor.
Maman berpendapat bahwa bidang politik sedang dihancurkan oleh
model demokrasi liberal dan sekularisme, serta ekonomi yang dijajah oleh bangsa
asing dengan model kapitaslisme.
Ia menuturkan dalam Tabligh Akbar yang bertema ”Dengan Ramadhan
Kita Tingkatkan Ukhuwah Khairu Ummah Menuju Pembebasan Masjid Al-Aqsha di
Tengah Hegemoni Barat”, bahwa peran umat di era kontemporer dinilai tidak
bermakna.
Tidak bermakna maksudnya adalah dengan jumlah umat muslim
sekitar 1,7 milyar, peran nasional dan internasional dari muslimin sungguh
lemah. Peran nasional ialah secara aspek akidah, politik serta ekonomi,
secara akidah kaum mayoritas Muslim tidak diperhitungkan apalagi ditakuti.
Umat Islam malah menjadi permainan oleh kelompok yang menamakan
dirinya para pembela HAM.
Kaum Muslim saat ini sedang mengalami masalah ekonomi liberal
yang hampir menghabisi segalanya di negara Muslim yang bernama Indonesia, mulai
dari akidah sampai akhlak. Dlam aspek ekonomi sangat mengkhawatirkan, kapital
dikuasai asing, tambang, hasil hutan, penguasaan lahan, dan lingkungan.
“Belum lagi masalah rokok, yang menghabiskan uang sebesar 243
triliun/tahun, dan pengobatannya bagi para perokok yang sakit 25 triliun/tahun,”
tegas Maman.
Maman menambahkan, “Merokok itu berarti
membesarkan kapitalisme, saya tidak menghalalkan dan mengharamkan rokok tapi
rokok membesarkan kapitalisme, maka stop smoking kalau tidak ingin membesarkan kaum
kapitalisme.”
Hal itu berdampak juga pada politik, sosial budaya dan
pemurtadan. Sebagai bukti adanya pembangunan masjid yang hanya 65%,
gereja katolik 152%, Kristen 142 %, Pure atau Kelenteng sekitar 450%.
Maman menegaskan bahwa semua adalah kesalahan dari kita yang melihat
aspek dari halal dan haram saja, tidak melihat aspek siapa yang dirugikan.
“Siapa yang membeli rokok berarti dia ikut
membangun gereja, pure, kelenteng bahkan membantu menyumbang Yahudi Amerika
yang disalurkan untuk Israel, maka secara tidak langsung membeli rokok termasuk
ikut berpartisipasi membunuh kaum Muslimin di Palestina, Naudzubillah,” kata Maman.
0 komentar:
Post a Comment