Thursday, June 27, 2013

Alasan Israel Minta Maaf Pada Turki

Permintaan maaf Israel kepada Turki yang diwakili oleh Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu via telepon yang diterima oleh Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, menjadi isu hangat diseluruh media massa, akhir-akhir ini.

Banyak orang yang  bertanya dan terkejut atas tindakan Israel tersebut. Mengutip perkataan Yassir al Zaatara bahwa “Israel tidak terbiasa meminta maaf kepada siapa pun, yang ada dia sering menerima permintaan maaf.

Apa yang melatar belakangi Israel membuat permintaan maaf Netanyahu dengan menelpon Erdogen dan menjadi pembahasan banyak kalangan?



Berawal dari peristiwa tiga tahun yang lalu, peristiwa yang terjadi di kapal Mavi Marmara. Mavi Marmara adalah kapal Turki yang berlayar dalam upaya mematahkan blokade maritim Israel, pada garis pantai yang dikuasai Hamas, Gaza. Ketika pasukan komando angkatan laut Israel naik ke kapal untuk melarang para penumpang di dek dan menyerang mereka yang mengakibatkan sembilan orang warga Turki meninggal dan ratusan lainnya luka-luka.

Insiden ini mengundang kecaman internasional - meskipun klaim Israel bahwa tentara bertindak untuk membela diri setelah penumpang menyerang mereka dengan senjata seadanya. Sebagai buntut dari penggerebekan, blokade di Gaza tidak dicabut. Hubungan yang baik antara Israel dengan Turki menjadi rusak parah akibat kejadian itu. 

Perdana Menteri Turki Racep Tayyip Erdogan menggambarkan serangan itu sebagai "terorisme negara" yang kemudian menarik duta Turki dari Tel-Aviv. Hubungan semakin menjadi ketika laporan PBB terhadap serangan itu pada September 2011, yang menyebabkan Erdogan mengusir duta besar Israel dari Ankara dan menangguhkan kerjasama militer. 

Para pejabat Israel mengatakan bahwa mereka berharap untuk memulihkan hubungan, tetapi tetap bertahan untuk tidak akan meminta maaf.
Sejak peristiwa yang menewaskan 9 warga Turki oleh pasukan Israel yang disebut tindakan pembajakan di perairan internasional, pemerintah Turki telah bersikeras pada tiga kondisi untuk menjalin kembali hubungan dengan Israel dengan syarat permintaan maaf kepada seluruh korban dan atas nama Turki, kompensasi untuk keluarga mereka yang ditembak dan dibunuh, dan mengakhiri pengepungan Israel atas Jalur Gaza.

Hal yang menakjubkan terjadi, Netanyahu memenuhi ketiga syarat sekaligus, meskipun pengepungan akan menyesuaikan dan tergantung pada musim politik, perkembangan di lapangan dan komitmen Gerakan Perlawanan Islam dengan persyaratan gencatan senjata yang dibuat setelah serangan Israel terbaru di Jalur pada November tahun lalu.

Perlu diketahui, Israel sudah berunglang kali melakukan permintaan maaf pada Turki. Namun, Turki menolak untuk bahkan mempertimbangkan kembali.  Seorang pejabat Israel telah menyatakan bahwa permintaan maaf dikeluarkan dua tahun lalu kemmudian ditolak. 

Permintaan maaf, dipandang sebagai rasa hormat kepada Obama selama tinggal di Israel sebagai tamu. Itu sangat tidak meyakinkan, karena dirasa belum pernah Israel dalam membuat gerakan terkesan sopan kepada semua orang. Dibanding sebelumnya, permintaan yang senantiasa gagal.

Kedatangan Presiden AS Barack Obama kali ini, berada di Timur Tengah dan hadir ketika Netanyahu membuat panggilan telpon ke Erdogan. Setelah pembicaraan, Obama memberikan pernyataan, mengatakan kehadirannya membantu pemulihan hubungan antara Turki dan Israel. Dan agar terkesan kedua negara telah tunduk pada tekanan AS untuk berbaikan serta menggambarkan Israel menyerah.

Itu sama sekali tidak benar. Perjanjian ini lebih dekat ke posisi Israel. Tidak ada perubahan kebijakan strategis Israel terhadap Jalur Gaza sama sekali. Sementara kata "maaf" yang muncul dalam pernyataan Netanyahu itu ditujukan pada orang-orang Turki, bukan pemerintah secara umum.

 Israel Takut Pada Turki

Hubungan Israel dan Turki terbentuk pada Maret 1949 ketika Turki menjadi negara mayoritas Muslim  pertama (sebelum Iran pada 1950) yang mengakui Negara Israel. Sejak itu, Israel menjadi pemasok utama senjata ke Turki. Kerjasama militer, strategis, dan diplomatik antara Turki dan Israel menjadi prioritas utama pemerintah kedua negara, yang turut berbagi pandangan terhadap ketidakstabilan regional di Timur Tengah.

Hubungan tersebut menegang sejak konflik 2008-2009 dan bentrokan armada Gaza dengan misi  Freedom Flotilla (Kafilah Kebebasan) menuju  Jalur Gaza (Gaza Strip). Jika hal ini dibiarkan maka akan sangat merugikan Israel.

Hal ini dikarenakan, Israel sangat tergantung kepada Turki dalam berbagai hal, perdagangan Israel dengan Turki, bisa mencapai trilyun dolar dalam satu tahunnya dalam bidang ekonomi, militer dan politik.

Gubernur Bank Israel, Stanley Fischer memperingatkan minggu ini, konsekuensi politik yang luas atas pelanggaran dengan Turki bisa memiliki konsekuensi ekonomi yang serius. Perdagangan antara kedua negara bernilai  3.5-4 miliar dolar per tahun. Pelanggaran akan mempengaruhi pariwisata, perdagangan, budaya dan olah raga, serta hubungan diplomatik, kata Liel.

Koran Israel Yedioth Ahronoth melaporkan pada Jumat (22/3) bahwa Avigdor Lieberman, Menteri Luar negeri provokatif sayap kanan, sedang mempertimbangkan serangkaian tindakan melawan Turki sebagai pembalasan terhadap Ankara.

Netanyahu juga khawatir kalau Erdogan memperkuat kekuasaannya atas Turki dan mencari dorongan ke arah sistem pemerintahan presidensial yang  jika ia berhasil, kemungkinan akan memberikan Perdana Menteri yang memerintah selama dua dekade sebagai presiden yang maju di Ankara. 

Permintaan maaf itu datang dua hari setelah pemimpin Kurdi Abdullah Ocalan meminta para anggota Partai Pekerja Kurdi 'untuk meletakkan senjata mereka dalam gencatan senjata dengan Turki, meningkatkan kontrol Erdogan atas negaranya dan salah satu yang paling mendesak dalam jangka panjang.

Selain itu, jelas Netanyahu khawatir intifadhah ketiga di Tepi Barat yang diduduki, karena akan membuat kehancuran bagi keamanan Israel yang telah dinikmati selama enam tahun terakhir. Musim Semi Arab juga memberikan efek di pikiran Netanyahu, ini akan membahayakan perbatasan strategis Israel yang selama beberapa dekade dengan rezim Arab yang diktator. Membangun kembali hubungan dengan Turki akan membuka cakrawala baru di tengah ketidakstabilan di wilayah tersebut.

Rincian Permintaan Maaf Israel

Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, telah menyatakan bahwa permintaan maaf yang dibuat oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk rekan Turki, Recep Tayyip Erdogan, atas serangan Israel terhadap kapal Mavi Marmara pada 2010 tidak ada hubungannya dengan krisis Suriah.
Menteri Turki Erdogan, berkonsultasi dengan Perdana Menteri Palestina di Gaza, Ismail Haniya, dan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mendapatkan persetujuan mereka sebelum menerima panggilan telepon Netanyahu. Dia juga menelepon Presiden Mesir, Mohammed Morsi, Perdana Menteri Lebanon, Najib Miqati, (sebelum pengunduran dirinya) dan Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani.

Davatoglu menambahkan, percakapan telepon dengan Netanyahu terjadi setelah Erdogen berbicara dengan Netanyahu, kemudian telepon itu diserahkan kepada Presiden AS Barack Obama dan panggilan berlangsung selama 20 - 30 menit. Dia mencatat, tiga cara panggilan telepon terjadi setelah isi pernyataan disepakati.

Davatoglu juga mengatakan bahwa tuntutan Turki adalah permintaan maaf Israel kepada Turki, kesepakatan untuk membayar kompensasi kepada keluarga korban, dan untuk mengangkat pengepungan terhadap Jalur Gaza. Dia juga mengatakan bahwa Israel merasa terisolasi secara internasional setelah insiden Mavi Marmara.

Menteri luar negeri Turki mencatat permintaan maaf tiga tahun adalah upaya yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, dalam mencapai kesepakatan tentang isi pernyataan bersama setelah kunjungannya ke Ankara pada 1 Maret.

Dia juga menambahkan bahwa Turki telah berbicara dengan Kerry enam kali selama seminggu terakhir dan menekankan bahwa mereka berada dalam kontak dengan pejabat AS yang baru saja dimediasi atas kesepakatan akhir sebelum kunjungan Obama ke Israel. Disepakati bahwa Netanyahu akan menelepon Erdogan sedangkan yang kedua berada di bawah Obama.


Menteri Turki menyerukan Israel untuk memikirkan kembali tindakannya bahwa permintaan maaf itu hanyalah awal, dan jalan itu sekarang sudah dibuka untuk proses kebangkitan perdamaian Palestina-Israel dengan alasan yang sama.

0 komentar:

Post a Comment