Friday, June 21, 2013

Dimana Allah itu ???

Bismillahirrahmanirrahim
Imam Muslim dan lainnya telah meriwayatkan dari Muawiyyah bin al-Hakam as-Sulami Radhiyallahu ‘anhu ia berkata.
“Artinya : Aku memiliki sekawanan kambing yang berada diantara gunung Uhud dan Jawwaniyah, disana ada seorang budak wanita. Suatu hari aku memeriksa kambing-kambing itu, tiba-tiba aku dapati bahwa seekor serigala telah membawa (memangsa) salah satu diantara kambing-kambing itu, sementara aku seorang manusia biasa, aku menyesalinya, lalu aku menampar wanita itu. Kemudian kudatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kuceritakan kejadian tersebut kepadanya, beliaupun membesarkan peristiwa itu atasku, maka kukatakan (kepadanya) : ‘Wahai Rasulullah, tidakkah (lebih baik) aku memerdekakannya?’ Beliau berkata : ‘Panggillah ia!’ Lalu aku memanggilnya, maka beliau berkata kepadanya : ‘Dimana Allah?’ Wanita itu menjawab : ‘Di langit’. Beliau bertanya lagi : ‘Siapakah aku?’ Ia menjawab : ‘Engkau adalah utusan Allah!’ Beliau berkata : ‘Bebaskanlah (merdekakanlah dia)! karena sesungguhnya dia adalah seorang wanita yang beriman’.” [Ahmad V/447, Muslim No. 537]
Pelajaran apa yang bisa diambil dari hadits diatas??
Tentunya bagi seorang muslim yang benar keimanannya akan segera tunduk dan pasrah dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mendahulukan Al-Qur’an & As-sunnah diatas seluruh ucapan atau pendapat manusia yang menyelisihi keduanya, walaupun semua manusia didunia ini sepakat untuk menyelishi keduanya.
Dari hadits yang mulia diatas mengandung pelajaran akidah yang sangat berharga bagi seorang muslim yaitu meyakini bahwasanya Allah Ta’ala ada di langit, sebagaiman firmanNya :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam diatas Arsy.” (Thaha:5)
Lihatlah bagaimana rasulullah صلى الله عليه وسلم menghukumi budak tersebut sebagai seorang mukminah ketika dia menyatakan bahwasannya Allah سبحان وتعالى ada di langit bersamaan dengan pengakuannya bahwa beliau صلى الله عليه وسلم adalah Rasulullah. Sehingga nampak di sini bahwasannya tidaklah cukup seseorang dinyatakan sebagai mukmin setelah dia meyakini bahwa nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah rasulullah sampai dia meyakini bahwa Allah سبحان وتعالى ada di langit.
Masih ragukah kita sebagai seorang muslim akan perkara ini??
Siapa lagi yang kita jadikan panutan dalam agama kalau bukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? lantas apakah dengan adanya hadits ini kemudian kaum muslimin meyakininya? atau justru mereka lebih cenderung dengan pendapat-pendapat manusia yang menyelisihi akidah yang disebutkan diatas??.
kalau kita sodorkan pertanyaan ini kepada kaum muslimin yang ada sekarang, akan kita dapatkan kebanyakan mereka tidak menjawab dengan jawaban yang tepat. Mereka akan menjawab dengan jawaban yang berbeda dengan jawaban budak perempuan tersebut, dengan mudahnya lisan-lisan mereka akan mengatakan “ Allah ada di mana- mana !” atau dengan ungkapan yang lain yang intinya tidak mengakui dan tidak menetapkan bahwa Allah سبحان وتعالى ada di langit. Padahal di hadapan mereka ada Al- Qur’an yang menjelaskan dengan penjelasan yang lebih dari cukup tentang penetapan yang demikian. Apalagi hal tersebut disokong dengan hadits-hadits yang shahih yang banyak dan ditambah lagi dengan perkataan para sahabat رضى الله عنهم dan para tabi’in serta ‘ulama dari kalangan mazhab yang empat dan selain mereka, yang sedikitpun tidak akan menimbulkan keraguan di hati seorang mukmin yang masih bersih hatinya dan selamat fithrahnya bahwa Rabbnya ( Allah سبحان وتعالى ) ada di langit, istiwa’[1]di atas Arsy- Nya.
Allah Ta’ala berfirman :
“Artinya : Maka jika mereka beriman kepada apa yang telah kamu beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk ; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan denganmu.” [Al-Baqarah : 137]
Maukah kita menjadi penentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perkara ini? beliau mengajarkan kita bahwasanya Allah سبحان وتعالى ada di langit, istiwa’[2]di atas Arsy- Nya. Sedangkan kita meyakini bahwa Allah Ta’ala “ada dimana-mana”?, atau meyakini selain yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?
Demikianlah akidah shahihah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan diwarisi turun-temurun oleh para Ulama As-Salaf hingga sekarang, hanya saja munculnya kelompok sesat dari kalangan Jahmiyyah dan Mu’tazilah menyebabkan banyak dari kaum muslimin yang tertipu dan terjangkiti akidah rusak yang mengatakan “Allah ada dimana-mana”
Dalil-Dalil Bahwa Allah di Atas Arsy
Sungguh tidak syak (ragu) lagi terutama bagi orang yang mau membaca ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wsallam serta kitab-kitab ulama As-Salaf bahwa Allah berada di atas ‘arsy (singgasana)-Nya di atas langit. Berikut ini dalil-dalilnya.
Pertama : Dalil dari al-Qur’an.
Banyak sekali dalil-dalil al-Qur’an yang menunjuk akan hal ini, dan semua itu tersebut pada tujuh tempat di dalam Al-Al-Qur’an, berikut ini ayat-ayat tersebut:
1. الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam diatas Arsy”.(Thaha:5)Berkata Mujahid bin Jabr dalam menafsirkan kalimat istiwa’: “tinggi diatas Arsy”
2. إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari , lalu dia bersemayam diatas Arsy”.(Al-A’raf :54)
3. إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari , lalu dia bersemayam diatas Arsy untuk mengatur segala urusan”.(Yunus :3)
4. اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagimana) yang kamu lihat, kemudian dia bersemayam diatas Arsy”.(Ar-Ra’d:2)
5. الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy”.(Al-furqan:59)
6. لَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam hari, kemudian dia bersemayam diatas Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripadaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat . Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”.(As-Sajadah: 4)
7. هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalm enam hari, kemudian dia bersemayam diatas Arsy”. (Al-Hadid :4)
Kedua : Dalil dari As-Sunnah
Ketinggian Alloh di atas langit juga ditegaskan dalam banyak sekali hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan beberapa versi, baik berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir (persetujuan). Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللهَ لَمَّا قَضَى الْخَلْقَ كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ إِنَّ رَحْمَتِيْ سَبَقَتْ غَضَبِيْ
Sesungguhnya Alloh tatkala menetapkan penciptaan, Dia menulis di sisi-Nya di atas ‘arsy: “Rahmat-Ku mengalahkan kemarahan-Ku.” (HR. Bukhari 7422 dan Muslim 2751)
Dan juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَلاَ تَأْمَنُوْنِيْ وَأَنَا أَمِيْنُ مَنْ فيِ السَّمَاءِ
Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku dipercaya oleh Dzat yang di atas langit. (HR.Bukhari 4351 dan Muslim 1064)
Dan telah tetap pula bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat tangannya ke atas langit pada saat khutbah di Arafah ketika mereka mengatakan, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan dan menunaikan serta menasehati.” Di saat itu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya Alloh saksikanlah.”( HR. Muslim 1218).
Nabi shalallalahu alaihi wasallam bersabda :” wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah Ta’ala telah menciptakan langit-lanigt dan bumi serta apa-apa yang berada diantara keduanya dalam waktu enam hari kemudian Allah beristiwa’ diatas Arsy pada hari yang keenam”.(Berkata Al-Albaniy dalam Mukhtashar Al-’Uluw halaman 112 : “jaiyyidul isnaad”).
Dalam hadits yang panjang dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu tentang keutamaan hari jum’at, diakhir hadits nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :” dan itu merupakan hari yang Allah beristiwa’ diatas Arsy”.( Dikeluarkan oleh Imam Asy-Syafi’iy dalam kitabnya Al-Umm) { Lihat Ma’aarij Al-Qabul karya Asy-syaikh Hafidzh bin Ahmad Al-Hakamiy halaman 118, cetakan kedua Muassasah Ar-Rayyan, Beirut.}
Juga hadits di awal tulisan ini.
. ketiga : Ijma’ (Kesepakatan) Para Ulama
Para sahabat, para tabi’in, serta para imam-imam kaum muslimin telah bersepakat akan ketinggian Alloh di atas langit-Nya, bersemayam di atas ‘arsy-Nya. Perkataan mereka sangatlah banyak dan masyhur, Di antaranya:
1. Imam al-Auza’i rahinahullah berkata, “Kami dan seluruh tabi’in bersepakat mengatakan, Alloh berada di atas ‘arsy-Nya. Dan kami semua mengimani sifat-sifat yang dijelaskan dalam as-Sunnah.”( Shahih. Diriwayatkan Baihaqi dalam Asma’ wa Sifat 408, adz-Dzahabi dalam al-‘Uluw hal. 102 dan dishahihkan Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, dan al-Albani.)
2. Imam Abdullah Ibnu Mubarak rahimahullah berkata, “Kami mengetahui Rabb kami, Dia bersemayam di atas ‘arsy berpisah dari makhluk-Nya. Dan kami tidak mengatakan sebagaimana kaum Jahmiyah yang mengatakan bahwa Alloh ada di sini (beliau menunjuk ke bumi).” (Shahih. Dikeluarkan ash-Shabuni dalam Aqidah Salaf 28 dan ad-Darimi dalam ar-Radd ala Jahmiyyah hal. 47.)
3. Berkata Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah:
“kami mengimani apa yang Allah Jalla wa ‘Alaa kabarkan, bahwa pencipta kami (Allah) beristiwa’ diatas Arsy, kami tidak merubah kalamullah”.( Lihat Kitab At-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah jilid 1 halaman 230).
4. Seorang bertanya kepada Ibnu Al-A’rabiy [3]:” apa makna firman Allah :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam diatas Arsy ?,
beliau menjawab:
” Allah berada diatas ArsyNya sebagimana yang Allah Azza wa Jalla kabarkan”.
(Lihat Syarh Ushul I’tiqad Ahlussunnah karya Imam Al-Laalakaiy jilid 3 halaman 442).
5. Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
الْقَوْلُ فِيْ السُّنَّةِ الَّتِيْ أَنَا عَلَيْهَا وَرَأَيْتُ عَلَيْهَا الَّذِيْنَ رَأَيْتُهُمْ مِثْلُ سُفْيَانَ وَمَالِكٍ وَغَيْرِهِمَا الإِقْرَارُ بِشَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِيْ سَمَائِهِ
Aqidah yang saya yakini dan diyaikini oleh orang-orang yang pernah aku temui seperti Sufyan, Malik dan selainnya adalah menetapkan syahadat bahwa tidaka ada sesembahan yang berhak kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan bahwasanya Allah di atas arsy-Nya yakni di atas langitnya. (Adab Syafi’I wa Manaqibuhu Ibnu Abi Hatim hal. 93)
6. Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullah berkata dalam Al-Ibanah fi Ushul Diyanah hal. 17 menceritakan aqidahnya:
وَأَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ كَمَا قَالَ ( الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى )
Dan bahwasanya Allah di atas arsy-Nya sebagaimana firman-Nya: “Ar-Rahman tinggi di atas arsy”.
Pada hal. 69-76, beliau memaparkan dalil-dalil yang banyak sekali tentang keberadaan Allah di atas arsy. Di antara perkataan beliau:
وَرَأَيْنَا الْمُسْلِمِيْنَ جَمِيْعًا يَرْفَعُوْنَ أَيْدِيَهُمْ -إِذَا دَعَوْا- نَحْوَ السَّمَاءِ لِأَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مُسْتَوٍ عَلَى الْعَرْشِ الَّذِيْ هُوَ فَوْقَ السَّمَاوَاتِ, فَلَوْلاَ أَنَّ اللهَ عَلَى الْعَرْشِ لَمْ يَرْفَعُوْا أَيْدِيَهُمْ نَحْوَ الْعَرْشِ
Dan kita melihat seluruh kaum muslimin apabila mereka berdo’a, mereka mengangkat tangannya ke arah langit, karena memang Allah tinggi di atas arsy dan arsy di atas langit. Seandainya Allah tidak berada di atas arsy, tentu mereka tidak akan mengangkat tangannya ke arah arsy.
وَزَعَمَتِ الْمُعْتَزِلَةُ وَالْحَرُوْرِيَّةُ وَالْجَهْمِيَّةُ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ, فَلَزِمَهُمْ أَنَّهُ فِيْ بَطْنِ مَرْيَمَ وَفِيْ الْحُشُوْشِ وَالأَخْلِيَةِ, وَهَذَا خِلاَفُ الدِّيْنِ, تَعَالَى اللهُ عَنْ قَوْلِهِمْ
Dan kaum Mu’tazilah, Haruriyyah dan Jahmiyyah beranggapan bahwa Allah berada di setiap tempat. Hal ini melazimkan mereka bahwa Allah berada di perut Maryam, tempat sampah dan WC. Faham ini menyelisihi agama. Maha suci Allah dari ucapan mereka.
Keempat : Dalil Akal
Setiap akal manusia yang masih sehat, tentu akan mengakui ketinggian Alloh di atas makhluk-Nya. Hal tersebut dapat ditinjau dari tiga segi:
Pertama: Ketinggian Alloh merupakan sifat yang mulia bagi Alloh.
Kedua: Kebalikan tinggi adalah rendah, sedang rendah merupakan sifat yang kurang bagi Alloh, Maha Suci Alloh dari sifat-sifat yang rendah.
Kelima : Dalil Fithrah
* Sesungguhnya Alloh telah memfithrahkan kepada seluruh makhluk-Nya, baik Arab maupun non-Arab dengan ketinggian Alloh. Marilah kita berpikir bersama di saat kita memanjatkan do’a kepada Alloh, ke manakah hati kita berjalan? Ke bawah atau ke atas? Manusia yang belum rusak fithrahnya tentu akan menjawab ke atas.
* Pernah dikisahkan bahwa suatu hari Imam Abdul Malik al-Juwaini mengatakan dalam majelisnya, “Alloh tidak di mana-mana, sekarang ia berada di mana pun Dia berada.” Lantas bangkitlah seorang yang bernama Abu Ja’far al-Hamdani seraya berkata, “Wahai ustadz! Kabarkanlah kepada kami tentang ketinggian Alloh yang sudah mengakar di hati kami, bagaimana kami menghilangkannya?” Abdul Malik al-Juwaini berteriak dan menampar kepalanya seraya mengatakan, “Al-Hamdani telah membuat diriku bingung, al-Hamdani telah membuat diriku bingung.” (Lihat kisah lengkapnya dalam Siyar A’lam Nubala 18/475, al-‘Uluw hal. 276-277 oleh adz-Dzahabi).
Akhirnya Imam Juwaini pun mendapat hidayah Alloh dan kembali ke jalan yang benar. Semoga saudara-saudara kita yang tersesat bisa mengikuti jejak beliau.
* Sebenarnya masih sangat banyak lagi dalil-dalil dalam masalah ini, semua ini telah dijelaskan oleh para ulama kita dalam kitab-kitab mereka. Bahkan di antara mereka ada yang membahas masalah ini dalam kitab tersendiri seperi Imam Dzahabi dalam bukunya al-‘Uluw lil Aliyyil Azhim.
* Semoga Alloh merahmati Imam Ibnu Abil Izzi al-Hanafi yang telah mengatakan –setelah menyebutkan 18 segi dalil–, “Dan jenis-jenis dalil-dalil ini, seandainya dibukukan tersendiri, maka akan tertulis kurang lebih seribu dalil, Oleh karena itu, kepada para penentang masalah ini, hendaknya menjawab dalil-dalil ini. Tapi sungguh sangatlah mustahil mereka mampu menjawabnya.” (Syarh Aqidah Thahawiyah hal. 386.)
* Sebagian pembesar sahabat Syafi’I berkata: “Dalam Al-Qur’an terlebih seribu dalil atau lebih yang menunjukkan bahwa Allah tinggi di atas para hambaNya”. (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 5/121).
* sering kita dengarkan ucapan orang-orang awam atau orang-orang tua dulu mengatakan :” rezeki itu sudah diataur sama yang diatas”.
Keterangan yang telah dipaparkan baik dalil-dalil dari Al-Qur’an, Hadits, ucapan para ulama As-Salaf, maupun dalil-dalil secara akal dan fitrah, menunjukkan kepada kita bahwasanya inilah akidah shahihah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dan akidah ini banyak diselisihi oleh kebanyakan kaum muslimin khususnya kita di Indonesia. Masih banyak diantara kaum muslimin yang tidak tahu akan akidah shahih ini serta meyakini keyakinan yang rusak walaupun fitrahnya tidak cocok dengan keyakinan rusak tersebut.
Akidah rusak yang dimaksud adalah keyakinan “Allah ada dimana-mana” atau sebagian mereka dengan tanpa malu dan segan mengatakan : “orang yang mengatakan Allah di langit itu adalah WAHHABI”, apa yang mereka inginkan dari ucapan ini? jawabannya tidak lain agar kaum muslimin menjauhi akidah yang shahih ini, dan supaya kaum muslimin tetap berada diatas akidah(keyakinan) yang mereka dapatkan dari nenek moyang mereka walaupun akidah mereka itu menyelisihi Akidah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan yang lebih ironinya mereka menamakan diri mereka sebagai “Ahlussunnah wal Jama’ah” yang biasa mereka ringkas dengan sebutan “ASWAJA”, padahal itu adalah keyakinan kelompok sesat yang diselisihi oleh Ahlussunnah wal Jama’ah itu sendiri.
Oleh karena itu sering penulis tekankan bahwasanya : ” semua orang bisa mengklaim namun untuk membuktikannya itulah yang sulit”, dalam kata lain tidak semua pengakuan itu bisa diterima begitu saja, yang menjadi patokan adalah Al-Qur’an & As-Sunnah sesuai pemahaman para Shahabat radhiyallahu ‘anhum.
Ikutilah apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tinggalkan seluruh pendapat, pemikiran, dan ucapan orang-orang yang menyelisihinya :
Allah Ta’ala berfirman :
Dan ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.(At-Taghaabun :12)
Dan firmanNya :
Hai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya), (Al-Anfaal : 20).
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita seluruhnya termasuk orang-orang yang mau mendengarkan kebenaran & mengikutinya. Innahu waliyyut taufiq.
Mohd Tamrin Abu Zakariyya At-Tawawy
Kota Al-Madinah Al-Munawwarah, (malam selasa 4 Dzulhijjah 1432/ 31 Oktober 2011).
[1] Istiwa’ dalam bahasa apabila ditambahkan dengan kata “ ‘ala ( di atas )” maknanya ‘ala wa irtafa’a yakni berada di tempat yang tinggi sebagaimana tafsiran dari Abu ‘Aliyah dan Mujahid.
[2] Idem.
[3] Nama lengkapnya adalah Muhammad bin ziyad bin Al-A’rabiy, seorang imam dalam ilmu bahasa Arab wafat pada tahun 231 Hijriyyah – lihat Siyar A’laam An-Nubalaa’ jilid 10 halaman 687-688.


0 komentar:

Post a Comment