Thursday, June 13, 2013

Jangan Kau Jadi Orang Seperti Katak Dalam Tempurung

BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG. Pribahasa ini sudah tak asing lagi di telinga kita. Sering kita mendengar orang berceloteh, “BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG.” Dilihat sepintas, maka pribahasa ini seolah tak mempunyai satu makna yang luas. Tapi mau dikaji secara mendetil, akan didapati makna yang begitu saklek. Artinya, pribahasa BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG ini bisa dialami dan menimpa siapa saja. Bukan hanya sekelompok orang dalam komunitas tertentu, tapi juga bisa melekat dalam organisasi, harokah bahkan dalam sebuah negara sekalipun.

Mungkin setiap orang sudah tahu bahwa orang, kelompok atau apa pun nama persatuan itu bisa mengidap penyakit BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG ini, disadari atau pun tidak. Mengapa pribahasa BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG ini disebut sebagai penyakit? Sebab orang yang mempunyai watak seperti pribahasa di atas senangnya menutup diri (intropet) dari berbagai kelompok, harokah, organisasi atau komunitas lain.

Bila penyakit BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG ini sudah melekat dalam diri seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai karakter antara lain; pertama, sudah merasa dirinya serba paling (paling hebat, paling pintar, paling berani, paling kaya, paling terkenal, paling senior, paling jenius dan seabrek embel-embel paling lainnya).

Kedua, orang yang terserang virus BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG ini biasanya mempunyai sifat-sifat negatif seperti; mau menang sendiri alias serakah, senang dipuji-puji bila ia berhasil dalam misi atau tugas tertentu, bangga terhadap hasil kerja yang bisa ditunjukkan kepada orang lain, otoriter, mudah tersinggung, gampang menyalahkan, menuduh bahkan memvonis orang lain salah.

Sifat negatif lainnya yang tak kalah hebat menjadi karakter orang yang mengidap penyakit BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG ini adalah senang menggunjing alias ghibah. Ia lupa atau mungkin sengaja membicarakan aib orang lain di depan orang lain juga yang nota bene ada di bawahnya secara struktural.

Ketiga, orang yang mengidap wabah BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG akan sulit menerima perubahan. Padahal bisa jadi perubahan yang ditawarkan itu akan membawa kepada suatu kebaikan dan kemaslahatan bagi umat manusia. Selain itu, orang-orang semacam ini akan merasa dipermalukan oleh yuniornya bila semua pendapatnya diluruskan. Seolah dia yang paling benar dan pendapat orang lain dianggap salah. Mengapa? Ya karena dia merasa paling pintar dan paling paling lainnya tadi.
Jika mau dibahas panjang lebar, maka orang yang punya penyakit BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG INI tak pernah habis. 

Karena itu, berhati-hatilah bila kita berinteraksi dengan orang-orang yang punya penyakit BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG. Sebab jika kita tak waspada bergaul dengannya, bisa jadi kita pun akan terserang virus “mematikan” tersebut.

Jadi saudaraku....
Mengacalah siapa dan bagaimana diri kita sebenarnya. Sebab dengan banyak mengaca (introspeksi) kita bisa mengetahui bahwa begitu bejibunnya kelemahan yang kita miliki. Setelah mengaca, lakukan satu aksi perubahan agar kita tidak terjerumus dalam golongan orang-orang yang BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG itu tadi.

Caranya, pertama, sadarilah bahwa kita bukan orang yang paling segalanya dalam hidup ini. Kita bukan orang yang paling dermawan. Bukan pula paling alim (berilmu), bukan paling pintar, paling berani, paling kaya, paling tampan atau cantik, paling pasih bermain kata dan seabrik paling paling lainnya.

Kedua, sadari juga bahwa semua kelebihan yang kita miliki hakikatnya hanya titipan Ilahi untuk menguji sejauh mana pengamalan kita atas segala pemberianNya. Dia sedang menguji apakah dengan nikmat dariNya kita semakin tunduk (bersyukur dan thaat) kepadaNya. Atau malah sebaliknya kita semakin liar dan brutal seperti hewan buas.

Ketiga, yang tak kalah penting adalah senantiasa tafakur dan sadar diri bahwa di atas kelebihan-kelebihan yang Dia titipkan kepada kita, ternyata ada bahkan banyak hambaNya yang lebih dari baik dari kita dalam dan dari berbagai segi.

Keempat, kita hanya manusia lemah tempat menempelnya segala salah dan dosa, aib dan cela, buruk dan bobrok. Kita bukan orang suci, karena itu, jangan pura-pura suci hanya untuk menutupi siapa kita sebenarnya. Hilangkan wajah ganda kita semata-mata untuk menatap wajahNya. Tampilah apa adanya tentu akan menambah simpati orang lain pada kita. Tampil apa adanya berarti jujur dan tulus menjalani hidup. Jangan khawatir dengan segala kelemahan kita, sebab Dia sudah menyiapkan lebih banyak lagi kelebihan dalam diri kita. Jadi, tak perlu khawatir dan kecewa dengan kelemahan diri yang tampak sebab hidup ini sudah ada yang mengaturnya.

Jadi, tampil percaya diri. Menerima masukan selama hal itu baik dan membangun. Bersikap wajar terhadap sesama. Menghargai, menghormati dan memuliakan orang lain. Serta membuang semua sifat dan sikap PALING adalah salah satu jalan untuk menghilangkan penyakit BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG.

Yang tak kalah penting adalah mendekat selalu kepadaNya seraya memohon segala kekuatan untuk berubah menjadi lebih baik bahkan terbaik dalam menjalani kehidupan yang sekejap ini.

 Mintalah kepadaNya agar terhindar dari penyakit BAGAI KATAK DALAM TEMPURUNG. Sebab Dialah Yang Maha Mengetahui segala onderdil yang ada dalam diri kita tanpa terkecuali. Salam perubahan. 

0 komentar:

Post a Comment