Permintaan maaf Israel kepada Turki yang
diwakili oleh Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu via telepon yang
diterima oleh Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, menjadi isu hangat
diseluruh media massa, akhir-akhir ini.
Banyak orang yang bertanya dan terkejut atas tindakan Israel
tersebut. Mengutip perkataan Yassir al Zaatara bahwa “Israel tidak terbiasa
meminta maaf kepada siapa pun, yang ada dia sering menerima permintaan maaf.
Apa yang melatar belakangi Israel membuat
permintaan maaf Netanyahu dengan menelpon Erdogen dan menjadi pembahasan banyak
kalangan?
Berawal dari peristiwa tiga tahun yang lalu,
peristiwa yang terjadi di kapal Mavi Marmara. Mavi Marmara adalah kapal Turki
yang berlayar dalam upaya mematahkan blokade maritim Israel, pada garis pantai
yang dikuasai Hamas, Gaza. Ketika pasukan komando angkatan laut Israel
naik ke kapal untuk melarang para penumpang di dek dan menyerang mereka yang
mengakibatkan sembilan orang warga Turki meninggal dan ratusan lainnya
luka-luka.
Insiden ini mengundang kecaman internasional -
meskipun klaim Israel bahwa tentara bertindak untuk membela diri setelah
penumpang menyerang mereka dengan senjata seadanya. Sebagai buntut dari
penggerebekan, blokade di Gaza tidak dicabut. Hubungan yang baik antara
Israel dengan Turki menjadi rusak parah akibat kejadian itu.
Perdana Menteri Turki Racep Tayyip Erdogan
menggambarkan serangan itu sebagai "terorisme negara" yang kemudian menarik
duta Turki dari Tel-Aviv. Hubungan semakin menjadi ketika laporan PBB
terhadap serangan itu pada September 2011, yang menyebabkan Erdogan mengusir
duta besar Israel dari Ankara dan menangguhkan kerjasama militer.
Para
pejabat Israel mengatakan bahwa mereka berharap untuk memulihkan hubungan, tetapi
tetap bertahan untuk tidak akan meminta maaf.
Sejak peristiwa yang menewaskan 9 warga Turki
oleh pasukan Israel yang disebut tindakan pembajakan di perairan internasional,
pemerintah Turki telah bersikeras pada tiga kondisi untuk menjalin kembali hubungan
dengan Israel dengan syarat permintaan maaf kepada seluruh korban dan atas nama
Turki, kompensasi untuk keluarga mereka yang ditembak dan dibunuh, dan
mengakhiri pengepungan Israel atas Jalur Gaza.
Hal yang menakjubkan terjadi, Netanyahu
memenuhi ketiga syarat sekaligus, meskipun pengepungan akan menyesuaikan dan tergantung
pada musim politik, perkembangan di lapangan dan komitmen Gerakan Perlawanan
Islam dengan persyaratan gencatan senjata yang dibuat setelah serangan Israel
terbaru di Jalur pada November tahun lalu.
Perlu diketahui, Israel sudah berunglang kali
melakukan permintaan maaf pada Turki. Namun, Turki menolak untuk bahkan mempertimbangkan
kembali. Seorang pejabat Israel telah menyatakan bahwa permintaan maaf
dikeluarkan dua tahun lalu kemmudian ditolak.
Permintaan maaf, dipandang sebagai rasa hormat
kepada Obama selama tinggal di Israel sebagai tamu. Itu sangat tidak
meyakinkan, karena dirasa belum pernah Israel dalam membuat gerakan terkesan
sopan kepada semua orang. Dibanding sebelumnya, permintaan yang senantiasa
gagal.
Kedatangan Presiden AS Barack Obama kali ini,
berada di Timur Tengah dan hadir ketika Netanyahu membuat panggilan telpon ke
Erdogan. Setelah pembicaraan, Obama memberikan pernyataan, mengatakan
kehadirannya membantu pemulihan hubungan antara Turki dan Israel. Dan agar
terkesan kedua negara telah tunduk pada tekanan AS untuk berbaikan serta
menggambarkan Israel menyerah.
Itu sama sekali tidak benar. Perjanjian ini
lebih dekat ke posisi Israel. Tidak ada perubahan kebijakan strategis
Israel terhadap Jalur Gaza sama sekali. Sementara kata "maaf"
yang muncul dalam pernyataan Netanyahu itu ditujukan pada orang-orang Turki,
bukan pemerintah secara umum.
Israel Takut Pada Turki
Hubungan Israel dan Turki terbentuk pada Maret
1949 ketika Turki menjadi negara mayoritas Muslim pertama (sebelum Iran
pada 1950) yang mengakui Negara Israel. Sejak itu, Israel menjadi pemasok
utama senjata ke Turki. Kerjasama militer, strategis, dan diplomatik antara
Turki dan Israel menjadi prioritas utama pemerintah kedua negara, yang turut
berbagi pandangan terhadap ketidakstabilan regional di Timur Tengah.
Hubungan tersebut menegang sejak konflik
2008-2009 dan bentrokan armada Gaza dengan misi Freedom Flotilla
(Kafilah Kebebasan) menuju Jalur Gaza (Gaza Strip). Jika hal ini
dibiarkan maka akan sangat merugikan Israel.
Hal ini dikarenakan, Israel sangat tergantung
kepada Turki dalam berbagai hal, perdagangan Israel dengan Turki, bisa mencapai
trilyun dolar dalam satu tahunnya dalam bidang ekonomi, militer dan politik.
Gubernur Bank Israel, Stanley Fischer
memperingatkan minggu ini, konsekuensi politik yang luas atas pelanggaran
dengan Turki bisa memiliki konsekuensi ekonomi yang serius. Perdagangan antara
kedua negara bernilai 3.5-4 miliar dolar
per tahun. Pelanggaran akan mempengaruhi pariwisata, perdagangan, budaya dan
olah raga, serta hubungan diplomatik, kata Liel.
Koran Israel Yedioth Ahronoth melaporkan pada
Jumat (22/3) bahwa Avigdor Lieberman, Menteri Luar negeri provokatif sayap
kanan, sedang mempertimbangkan serangkaian tindakan melawan Turki sebagai
pembalasan terhadap Ankara.
Netanyahu juga khawatir kalau Erdogan
memperkuat kekuasaannya atas Turki dan mencari dorongan ke arah sistem
pemerintahan presidensial yang jika ia
berhasil, kemungkinan akan memberikan Perdana Menteri yang memerintah selama
dua dekade sebagai presiden yang maju di Ankara.
Permintaan maaf itu datang dua hari setelah
pemimpin Kurdi Abdullah Ocalan meminta para anggota Partai Pekerja Kurdi 'untuk
meletakkan senjata mereka dalam gencatan senjata dengan Turki, meningkatkan
kontrol Erdogan atas negaranya dan salah satu yang paling mendesak dalam jangka
panjang.
Selain itu, jelas Netanyahu khawatir
intifadhah ketiga di Tepi Barat yang diduduki, karena akan membuat kehancuran
bagi keamanan Israel yang telah dinikmati selama enam tahun
terakhir. Musim Semi Arab juga memberikan efek di pikiran Netanyahu, ini
akan membahayakan perbatasan strategis Israel yang selama beberapa dekade
dengan rezim Arab yang diktator. Membangun kembali hubungan dengan Turki
akan membuka cakrawala baru di tengah ketidakstabilan di wilayah tersebut.
Rincian Permintaan Maaf Israel
Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu,
telah menyatakan bahwa permintaan maaf yang dibuat oleh Perdana Menteri Israel,
Benjamin Netanyahu, untuk rekan Turki, Recep Tayyip Erdogan, atas serangan
Israel terhadap kapal Mavi Marmara pada 2010 tidak ada hubungannya dengan
krisis Suriah.
Menteri Turki Erdogan, berkonsultasi dengan
Perdana Menteri Palestina di Gaza, Ismail Haniya, dan Presiden Otoritas
Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mendapatkan persetujuan mereka sebelum menerima
panggilan telepon Netanyahu. Dia juga menelepon Presiden Mesir, Mohammed
Morsi, Perdana Menteri Lebanon, Najib Miqati, (sebelum pengunduran dirinya) dan
Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani.
Davatoglu menambahkan, percakapan telepon
dengan Netanyahu terjadi setelah Erdogen berbicara dengan Netanyahu, kemudian
telepon itu diserahkan kepada Presiden AS Barack Obama dan panggilan
berlangsung selama 20 - 30 menit. Dia mencatat, tiga cara panggilan
telepon terjadi setelah isi pernyataan disepakati.
Davatoglu juga mengatakan bahwa tuntutan Turki adalah permintaan maaf
Israel kepada Turki, kesepakatan untuk membayar kompensasi kepada keluarga korban, dan
untuk mengangkat pengepungan terhadap Jalur Gaza. Dia juga mengatakan bahwa
Israel merasa terisolasi secara internasional setelah insiden Mavi Marmara.
Menteri luar negeri Turki mencatat permintaan
maaf tiga tahun adalah upaya yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, dalam
mencapai kesepakatan tentang isi pernyataan bersama setelah kunjungannya ke
Ankara pada 1 Maret.
Dia juga menambahkan bahwa Turki telah berbicara dengan
Kerry enam kali selama seminggu terakhir dan menekankan bahwa mereka berada dalam kontak
dengan pejabat AS yang baru saja dimediasi atas kesepakatan akhir sebelum kunjungan Obama ke
Israel. Disepakati bahwa Netanyahu akan menelepon Erdogan sedangkan yang
kedua berada di bawah Obama.
Menteri Turki menyerukan Israel untuk memikirkan
kembali tindakannya bahwa permintaan maaf itu hanyalah awal, dan jalan itu sekarang sudah dibuka untuk proses kebangkitan
perdamaian Palestina-Israel dengan alasan yang sama.
0 komentar:
Post a Comment